Pasar Ikan Lama

 

Cerita Pasar Ikan Medan yang malah jadi sentra tekstil

  

 

 

 

 

 

 

 

Menjelang Lebaran, Pasar Ikan Lama menjadi salah satu tempat yang ramai dikunjungi di Medan. Meskipun namanya pasar ikan, orang-orang datang ke tempat ini justru untuk membeli produk tekstil.

Pasar Ikan Lama, orang Sumatera Utara menyebutnya Pajak Ikan Lama, berada di jantung Kota Medan, atau hanya beberapa ratus meter di selatan Lapangan Merdeka. Lokasinya di kawasan Kesawan, pusat perniagaan utama pada masa kejayaan Kesultanan Deli.

Pantauan merdeka.com, suasana di Pasar Ikan Lama belakangan ini memang lebih ramai dari hari-hari biasa. Parkir sepeda motor tampak berlapis di Jalan Perniagaan/Ahmad Yani 3 yang menjadi jalan utama pasar tradisional ini.

Keramaian pun memberi andil pada kemacetan Jalan Kumango dan Jalan Stasiun Kereta Api yang mengapitnya. Semenorong di antara toko-toko besar di pinggir jalan penuh sesak dengan dagangan dan calon pembeli.

"Menjelang Lebaran ini pengunjung memang meningkat hampir dua kali lipat dari hari biasa. Tapi dibandingkan Hari Raya tahun lalu, pengunjung sepertinya sedikit menurun, mungkin karena kali ini saatnya hampir bersamaan dengan masa-masa siswa masuk sekolah," ujar Adi, seorang pedagang di Pasar Ikan Lama, Sabtu (11/8).

Pengunjung yang biasa datang ke Pasar Ikan Lama berasal dari berbagi daerah di Sumatera Bagian Utara. Selain dari Medan, warga dari daerah-daerah di Sumut dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sejak lama menjadikan pasar ini salah satu tujuan utama membeli produk tekstil, terutama perangkat ibadah.

Tak hanya pengunjung domestik, Pasar Ikan Lama juga menjadi salah satu tujuan wisata belanja turis Malaysia. Pelancong dari negeri jiran itu kerap dibawa atau sengaja singgah ke pasar ini. "Biasanya pembeli dari Malaysia ramai. Tapi, Ramadan hanya ada satu dua orang. Sebab, kunjungan orang Malaysia kan berkurang di bulan puasa. Tapi, mereka sudah belanja sebelum Ramadan," papar Adi.

Turis dari Malaysia umumnya membeli perlengkapan ibadah di Pasar Ikan Lama. "Biasanya mereka mencari telekung (mukena), jilbab, kain, dan alat-alat salat. Itulah yang mereka beli sebelum Ramadan lalu," imbuh Adi.

Mimi, turis asal Malaysia, menyatakan bahwa barang yang dijual di Pasar Ikan Lama lebih murah dibanding di negaranya. "Harganya lebih murah. Saya borong 5 helai telekung dengan harga RM 35 (sekitar Rp 1 juta) sepasang dan dua helai kain pelekat," ucapnya.

Ramainya pengunjung ke Pasar Ikan Lama tidak terlepas dari sejarah perdagangan di tempat ini. Jual beli resmi dilakukan di sini sejak pasar dibuka pada 1890. Ketika itu yang dijual di pasar ini adalah ikan hasil laut Belawan yang diangkut dengan tongkang melalui Sungai Deli. Ada pula pedagang yang menjual daging dan sayur-mayur.

Peta perniagaan pun agak berubah pada 1933. Saat itu, Pemerintah Belanda membangun pasar yang lebih besar dan modern yaitu Pasar Sentral, sekarang disebut Pusat Pasar.

Sementara itu, Sungai Deli lama-kelamaan tak lagi bisa dilayari sehingga hasil laut dibawa menggunakan jalur darat. Barang dagangan di Pasar Ikan Lama berubah. Produk tekstil, seperti busana muslim, kerudung, batik, kain panjang, kain pelekat, aneka karpet, perangkat salat, perangkat berhaji, hingga busana tradisional, mulai mendominasi. Berbagai cenderamata mata juga dijual di sini. Bahkan Air Zam-zam pun tersedia.

Pedagang di tempat ini terdiri dari beragam etnik, termasuk Minang dan Mandailing. Namun, keturunan Arab juga cukup menonjol. Sedangkan pedagang Tionghoa umumnya menjual tekstil bahan pakaian.

Tak ada yang tahu sampai kapan Pasar Ikan Lama akan terus berjaya di tengah menjamurnya peritel besar. Yang pasti sekarang, pasar ini masih menjadi salah satu pilihan utama warga yang ingin membeli produk tekstil di Medan.

 

Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-pasar-ikan-medan-yang-malah-jadi-sentra-tekstil.html